Trend Micro: Email Komunikasi Bisnis Menjadi Jenis Data Paling Berisiko

Jakarta – Perusahaan keamanan siber Trend Micro telah merilis laporan Cyber ​​Risk Index (CRI) semester kedua tahun 2022.

Menilai lingkungan dunia maya negara dan mengidentifikasi potensi kerentanan, laporan ini memberikan wawasan tentang keadaan keamanan dunia maya.

Menurut laporan tersebut, Indonesia telah mengalami penurunan risiko dunia maya dan peningkatan kesiapsiagaan dibandingkan enam bulan terakhir.

Indeks Risiko Internet Indonesia tercatat 0,09 pada paruh pertama tahun 2022, namun naik menjadi 0,24 pada paruh kedua, menunjukkan tingkat risiko yang moderat.

Peningkatan CRI menunjukkan tingkat kerentanan yang lebih tinggi, tetapi juga menunjukkan bahwa organisasi negara tersebut menjadi lebih sadar akan risiko dunia maya dan mengambil langkah untuk memperkuat kesiapsiagaan mereka.

Salah satu temuan utama dari laporan tersebut menyoroti risiko utama yang dihadapi organisasi-organisasi di Indonesia dalam hal kesiapsiagaan dunia maya.

Risiko ini terutama terkait dengan masalah manusia dan teknologi. Di antara kekhawatiran terbesar yang disorot adalah kurangnya pemimpin keamanan TI yang melapor ke manajemen senior, ketidakmampuan mereka untuk mencegah dan mendeteksi serangan siber, dan mengalokasikan sumber daya ke staf keamanan TI.

Selain itu, pelanggaran data muncul sebagai tantangan utama bagi organisasi di Indonesia, dengan persentase yang signifikan dari insiden yang dilaporkan melibatkan pencurian catatan pelanggan dan aset informasi dalam 12 bulan terakhir.

Responden juga menekankan perlunya tetap waspada dan mengambil langkah-langkah keamanan proaktif karena kemungkinan pelanggaran data dan serangan siber di masa depan sedang hingga sangat tinggi.

Dalam hal jenis data yang berisiko, laporan tersebut mengidentifikasi berikut ini sebagai lima teratas di Indonesia:

Melindungi data sensitif semacam ini harus menjadi prioritas bagi organisasi yang beroperasi di negara tersebut.

Baca Juga  Pesan Positif dalam Lagu Alessia Cara 'Scars to Your Beautiful

Laporan tersebut juga menyoroti risiko keamanan yang dihadapi infrastruktur Indonesia. Orang dalam yang ceroboh, kurangnya personel yang memenuhi syarat, pemadaman dan kompleksitas organisasi, infrastruktur dan penyedia komputasi awan, dan lingkungan komputasi virtual (server dan titik akhir) diidentifikasi sebagai risiko keamanan terbesar di lapangan.

Mengatasi risiko ini memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup pelatihan tenaga kerja, tindakan keamanan yang kuat, dan kemitraan strategis dengan penyedia layanan cloud tepercaya.

Laporan tersebut juga menyoroti potensi konsekuensi negatif dari serangan siber di Indonesia, termasuk:

Laporan tersebut juga menguraikan prakiraan ancaman siber ke Indonesia selama 12 bulan ke depan. Ransomware, cryptomining, kompromi email bisnis (BEC), eksploitasi kerentanan, phishing, dan rekayasa sosial diidentifikasi sebagai ancaman utama. Kampanye kesadaran, penilaian keamanan reguler, dan pelatihan karyawan sangat penting untuk memerangi ancaman ini secara efektif.

Sebagai kesimpulan, meskipun Indonesia telah menunjukkan peningkatan dalam kesiapsiagaan risiko dunia maya, laporan Indeks Risiko Dunia Maya Trend Micro menyoroti beberapa tantangan yang sedang berlangsung.

Organisasi harus mengatasi tantangan manusia dan teknologi, memperkuat tindakan perlindungan data, memitigasi risiko infrastruktur, dan bersiap menghadapi ancaman dunia maya baru.

Dengan mengadopsi pendekatan keamanan siber yang proaktif dan komprehensif, bisnis Indonesia dapat memitigasi risiko, melindungi operasi, dan menjaga kepercayaan pelanggan di era digital.